Kamis, 26 Maret 2009

Pelayanan Medis Pelkesi Wilayah IV bagi Penyintas Gempa Talaud

Gempa tektonik berkekuatan 7,4 SR yang terjadi di Kabupaten Talaud Propinsi Sulawesi Utara pada hari Kamis, 12 Februari 2009 jam 01.35 ketika semua penduduk sedang tidur lelap, telah menghancurkan dan meretakkan rumah-rumah penduduk serta fasilitas umum seperti gereja, gedung sekolah, gedung kantor dan Puskesmas. Ketika gempa terjadi listrik padam. Sontak, penduduk berlarian keluar rumah untuk menyelamatkan diri, menyingkir ke tempat yang lebih tinggi karena takut terjadi tsunami.

Selama berhari – hari, gempa susulan terus - menerus terjadi setiap 5 menit dengan kekuatan yang bervariasi dari 5,4 SR – 6,4 S.R. Terhitung 163 kali gempa susulan . Hal ini membuat masyarakat takut dan memilih tetap tinggal di pegunungan. Bahkan sampai kedatangan tim medis Pelkesi Wilayah IV, masih banyak yang masih bertahan di tempat pengungsian, kebun, gunung, dan tempat – tempat lain yang dianggap aman.
Untuk meringankan beban masyarakat Talaud, maka pada 26 Februari 2009 menggunakan Kapal penumpang Ratu Maria, Pelkesi Wilayah IV mengirimkan Tim Medis dan bantuan bahan makanan berupa beras, supermie, biskuit, gula, kopi, daun teh, dll ke Lirung, Talaud. Bantuan ini diterima langsung oleh Ketua Sinode GERMITA, Pdt. S. Tataariwuan, STh dan Pimpinan Sinode Germita lainnya pada jam 10.00 tanggal 27 Februari 2009. Bantuan bahan makanan ini didistribusikan oleh tim dari Sinode.
Sesudah penyerahan bantuan, Tim Medis beristirahat sejenak dan makan siang di rumah Pdt. Henny Wondal, S.Th dan pada jam 12.00 tim menuju ke lokasi gempa menggunakan perahu penumpang. Ombak yang cukup besar tidak menyurutkan semangat tim untuk segera tiba di lokasi.

Selama lima hari, Tim melakukan pelayanan medis di beberapa desa yaitu Desa Mangaran, Bulude, Pangeran, Kabaruan, Pantuge, Lirung dan Moronge, dengan total pasien 1274 orang. Tim terdiri dari dokter dan perawat yang berasal dari RSU Bethesda Tomohon, RSU Pancaran Kasih, dan Sekretaris Pelkesi wilayah IV. Di lapangan, tim bergabung dengan Komisi Kesehatan Sinode GERMITA dan Komisi Kesehatan Jemaat Imanuel Lirung. Tim kembali ke Manado pada tanggal 3 Maret 2009 dengan kapal penumpang Valerin yang dua kali mogok dalam perjalanan.

Desa Mangaran
Desa Mangaran terletak di Pulau Kabaruan dengan jumlah penduduk 3551 jiwa / 651 KK. Kebanyakan penduduk telah kembali dari tempat pengungsian dan membenahi tempat tinggal mereka, tetapi masih ada juga yang tetap bertahan di kebun atau di tempat pengungsian. Pekerjaan umumnya petani dan nelayan. Akibat gempa, sebagian besar bangunan mengalami retak-retak pada dinding dan lantai. Masih banyak anak-anak yang belum mau ke sekolah karena takut. Tim tiba di desa ini pada hari Jumat, 27 Februari 2009, jam 15.00.

Pelayanan pemeriksaan dan pengobatan dimulai pada jam 16.00 - 22.00. Pemerintah setempat dan pimpinan gereja belum sempat mengumumkan kepada masyarakat tentang pemeriksaan ini karena putusnya aliran listrik. Jumlah yang dilayani 109 pasien. Pasien yang diperiksa kebanyakan adalah orang tua dan anak-anak dibawah 10 tahun. Penyakit yang diderita sebagian besar Darah Tinggi (75%), ISPA (16%), gatal-gatal (10%), lain-lain (4%).
Kegiatan di Desa Mangaran ini diwarnai dengan gempa berkekuatan 4,9 – 5,1 SR selama beberapa detik dan berulang selama 4 kali hingga jam 24.00.
Tim Medis Pelkesi Wilayah IV mendapat bantuan dari seorang anggota masyarakat lulusan Akademi Farmasi, yaitu Sdr. Ivonne Ughude, Amd.Far.

Desa Bulude
Desa Bulude terletak kurang lebih 3 km dari Desa Mangaran dengan jumlah penduduk 918 jiwa / 248 KK. Pasca gempa, masih ada sekitar 200-an penduduk yang belum kembali dari tempat pengungsian karena trauma gempa. Sekitar 40 rumah rusak berat, 126 rumah rusak ringan, 1 gereja rusak berat dan 3 gereja rusak ringan/retak.
Tim Medis tiba di lokasi pada hari Sabtu, 28 Februari 2009, jam 08.45. Pelayanan pemeriksaan dan pengobatan dimulai pada jam 09.00 - 13.00. Jumlah yang dilayani 251 pasien. Penyakit yang diderita sebagian besar Darah Tinggi (78%), ISPA (11%), gatal-gatal (8%), lain-lain (3%).

Kegiatan pengobatan di Desa Bulude diwarnai dengan gempa berkekuatan 5,8 SR pada jam 09.50 dan 5,3 SR pada jam 10.55. Pada saat gempa susulan ini, seorang anak SD yang berada di sekolah diantar ke Posko pelayanan karena pingsan. Anak ini mengalami trauma karena pada gempa pertama tertimpa batako di bagian perut.

Desa Pangeran
Desa ini paling dekat dengan pusat gempa. Di beberapa tempat terdapat lubang akibat gempa. Penduduk masih banyak yang bertahan di tempat pengungsian. Penduduk yang telah kembali ke desa, membangun tempat berteduh dari terpal dan memilih untuk tidur di tenda daripada di rumah yang memang kondisinya sudah hancur.
Bangunan Gereja Pantekosta hancur dan rata dengan tanah, bangunan Gereja Germita dan rumah pastori dindingnya hancur dan retak, lantai terbelah, plafon hancur. Bangunan ini tidak layak untuk digunakan sebagai tempat ibadah ataupun tempat tinggal pendeta dan keluarga. 90% rumah penduduk yang semi permanen hancur dan yang lainnya mengalami keretakan. Bangunan sekolah hancur sehingga anak-anak melanjutkan sekolah di tenda darurat. Desa ini mendapat perhatian khusus dari berbagai kalangan karena kerusakannya yang terparah dibanding .

Tim Medis Pelkesi Wilayah IV tidak melaksanakan pelayanan pengobatan di desa ini karena cukup banyak tim medis yang datang memberikan bantuan material dan pelayanan pengobatan, sehingga Tim memutuskan untuk pindah lokasi pelayanan di sekitar Desa Pangeran. Selanjutnya Tim menuju Desa Kabaruan pada jam 14.30.

Desa Kabaruan
Desa Kabaruan terletak kurang lebih 6 km dari Desa Pangeran dengan jumlah penduduk 806 jiwa / 221 KK. Bangunan di desa ini umumnya mengalami keretakan di bagian dinding dan lantai tetapi masih dalam kategori rusak ringan.
Kedatangan Tim Medis memang telah ditunggu oleh 300-an masyarakat yang telah berkumpul di ruangan belakang gedung Gereja Betlehem Kabaruan. Pelayanan pemeriksaan dan pengobatan dimulai pada jam 15.30 - 20.00. Jumlah yang dilayani 387 pasien. Penyakit yang diderita sebagian besar Darah Tinggi (79%), ISPA (10%), gatal-gatal (6%), lain-lain (5%) termasuk ibu-ibu hamil.

Kegiatan pengobatan di Desa Kabaruan diwarnai dengan gempa pertama berkekuatan 6 SR pada jam 16.55 dan 3 kali gempa susulan berkekuatan 4,8-5 SR.
Di desa ini, Tim Medis Pelkesi Wilayah mendapat bantuan tenaga yaitu dr. Natalia Pabisa dari YEU Jogjakarta beserta obat-obatan yang diantar langsung oleh Ketua dan Ketua I Sinode Germita dari Lirung menggunakan speedboat.

Desa Pantuge
Desa ini terletak kurang lebih 7 km dari Desa Pangeran dengan jumlah penduduk 285 jiwa / 87 KK. Kondisi desa dan bangunan sama dengan Desa Kabaruan. Pekerjaan penduduk umumnya petani dan nelayan.
Tim berangkat ke desa ini pada jam 12.00 dan mulai memberikan pelayanan pada jam 14.00 karena harus menunggu selesai ibadah di Gereja dan di Kolom-kolom dan berakhir pada jam 17.00. Jumlah yang dilayani 211 pasien. Penyakit yang diderita sebagian besar Darah Tinggi (81%), ISPA (12%), gatal-gatal (4%), lain-lain (3%) termasuk ibu-ibu hamil dan balita.

Direncanakan sesudah pelayanan di desa ini, tim akan langsung kembali ke Lirung. Tetapi karena situasi dan kondisi di laut yang tidak memungkinkan (ombak besar) maka tim akhirnya kembali ke Desa Mangaran dan bermalam di rumah pendeta. Tim sempat mengadakan pemeriksaan dan pelayanan di Desa Mangaran sampai dengan jam 22.00 dengan jumlah pasien 41 orang.

Desa Lirung
Desa Lirung, khususnya Jemaat Imanuel dengan jumlah anggota jemaat 1076 orang / 277 KK, tidak menjadi target pelayanan tim tetapi atas permintaan Ketua Sinode Germita dan Ketua Jemaat Imanuel maka dilaksanakanlah pelayanan di gedung gereja.
Tim melaksanakan pelayanan bagi anggota Jemaat pada jam 10.30-13.00 dan telah melayani 76 pasien yang kebanyakan adalah orang tua. Penyakit yang diderita umumnya darah tinggi. Pemeriksaan di tempat ini sempat diwarnai dengan gempa berkekuatan 4 SR pada jam 10.50. Sesudah makan siang, tim langsung menuju ke Desa Moronge.

Desa Moronge
Perjalanan ke desa ini ditempuh selama 30 menit. Desa yang berpenduduk 1017 jiwa / 314 KK ini memiliki 3 jemaat yaitu Jemaat Petra, Jemaat Sanggarome, dan Jemaat Nazareth yang gedung gerejanya hancur bagian depan.
Tim Medis tiba di lokasi pada jam 16.00. Pelayanan pemeriksaan dan pengobatan dimulai pada jam 16.15 - 18.00. Jumlah yang dilayani 199 pasien. Penyakit yang diderita sebagian besar Darah Tinggi (79%), ISPA (12%), gatal-gatal (7%) lain-lain (2%) (laporan: Henry Wenas).