Rabu, 17 Februari 2010

Training of Trainer Tanggap Darurat Pelkesi

Pada tanggal 24-28 Januari 2010, Pelkesi mengadakan kegiatan Training of Trainer Tanggap Darurat Bencana yang dilaksanakan di Pusdiklat Kesehatan Depkes, Jakarta. ToT tersebut diikuti oleh 10 peserta dari wilayah I – V dengan dr. Jhon Ryder Purba dan Bpk. Hasan Ashari sebagai fasilitator. Para peserta yang diutus wilayah adalah dokter dan perawat dimana sebagian besar dari mereka memiliki pemahaman yang memadai mengenai bencana dan pernah terlibat dalam penanganan bencana , dan/atau anggota tim penanganan bencana rumah sakit (UPK).

ToT Tanggap Darurat bencana dilakukan dengan tujuan membekali calon trainer dari wilayah – wilayah dengan pengetahuan dan ketrampilan penanggulangan bencana.

Pelatihan dirancang sangat dinamis dan partisipatif dimana peserta lebih banyak bertindak sebagai nara sumber dan mempraktekkan berbagai materi baik secara berkelompok maupun individu. Materi yang diberikan sangat komprehensif mulai dari pemahaman mengenai bencana, jenis – jenis bencana, management posko, evakuasi medis saat terjadi bencana dan micro teaching (latihan fasilitasi). Metode yang digunakan juga bermacam – macam antara lain ceramah, nonton film, diskusi kelompok, simulasi dan tugas mandiri.

Peserta ToT memperlihatkan keseriusan mereka selama proses, sehingga penguasaan materi dan ketrampilan sebagai fasilitator penanggulangan bencana terlihat semakin baik di akhir kegiatan. 99% peserta lulus sebagai fasilitator, 1 % peserta menjadi fasilitator kelas (pendamping fasilitator).

Di akhir kegiatan, peserta berkomitmen untuk menjadi fasilitator penanggulangan bencana di wilayah masing-masing dan bersedia terlibat dalam kegiatan-kegiatan penanggulangan bencana sesuai kebutuhan.

Kamis, 01 Oktober 2009

Lagi-lagi Gempa Mengguncang Wilayah Sumatra

The 7.6 magnitude earthquake was rocked West Sumatera on Wednesday afternoon. The authority released that 200 people are died. This number estimated will increase since thousands of people are trapped under the rubbles of hundreds of houses and buildings. They are still unaccounted for. Other temporary data is 90 people are in seriously injured in Padang, while 75 others in Pariaman. Many affected people are live in temporary shelters. Due to serious damages of houses, the survivor may be stay at temporary shelters for long time. In addition, this quake also destroyed roads, cellular phone installation and electricity installation.


Gempa berkekuatan 7,0 SR kembali mengguncang wilayah Sumatera. Kali ini pusat gempa dekat Bengkulu dan Jambi.

Gempa tersebut terjadi Kamis (1/10) pukul 08.52 dan berpusat 46 km tenggara Sungaipenuh, Jambi, atau 54 km Mukomuko, Bengkulu. Pusat gempa tepatnya di koordinat 2,44 Lintang Selatan dan 101,59 Bujur Timur.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, gempa tersebut tidak berpotensi tsunami. Pusatnya di darat pada kedalaman 10 kilometer.

Setelah gempa melanda Jambi pagi ini, gempa juga ikut mengguncang Mentawai, Sumatera Barat (Sumbar). Gempa ini berkekuatan 5.1 skala richter (SR).

“Gempa terjadi pada pukul 10.34 WIB,” demikian situs Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika, Kamis (1/10) pukul 10.50 WIB.

Gempa terjadi pada 1.47 LS-99.73 BT atau 82 km timur laut Sipura Mentawai, Sumatra Barat. Gempa terjadi pada kedalaman 10 km. (dari berbagai sumber).

Gempa Sumatera Barat

Jumlah korban meninggal dunia akibat gempa bumi tektonik berkekuatan 7,6 Skala Richter (SR) di Kabupaten Padang Pariaman, dan Kota Padang, Sumatra Barat, terus bertambah hingga Rabu pukul 22.00 WIB mencapai 75 orang.

Jumlah korban diperkirakan terus bertambah.

Berdasarkan catatan Pusat Pengendalian Krisis Departemen Kesehatan, jumlah korban tewas sudah mencapai 75 orang, jumlah itu masih akan bertambah, karena diperkirakan masih banyak warga yang tertimbun bangunan runtuh akibat goncangan gempa yang terjadi pukul 17.16 WIB di kedalaman 71 Km, berjarak 57 Km barat daya Pariaman.

Gempa dengan guncangan kuat itu membuat panik ribuan warga Pariman dan Kota Padang yang langsung berhamburan ke luar rumah dan pertokoan untuk menyelamatkan diri, bahkan sebagian lari ke tempat tinggi karena khawatir terjadi tsunami.

Goncangan gempa mengakibatkan jaringan telekomunikasi milik PT Telkom rusak dan terputus serta aliran listrik padam, sehingga warga nyaris tak bisa berkomunikasi, baik lokal maupun dari luar Padang dan Pariaman. Kota Padang nyaris seperti kota mati.

Penderitaan semakin bertambah, karena usai gempa terjadi kebakaran di beberapa titik, dan turun hujan, namun warga tetap bertahan di luar rumah karena khawatir dengan gempa susulan.

Kepanikan warga Kota Padang mereda setelah Satkorlak setempat menginformasikan secara luas kepada masyarakat bahwa tidak terjadi tsunami pascagempa yang guncangannya hampir dirasakan di seluruh Pulau Sumatra itu.

Wali Kota Padang, Fauzi Bahar mengimbau warga kota untuk tenang dan tidak panik. Imbauan tersebut disampaikan menggunakan jaringan RRI Padang agar bisa diketahui secara jelas oleh seluruh warga kota.

Wartawan senior di Padang, Hasril Chaniago yang dihubungi dari Medan mengatakan, dampak gempa sangat luar biasa sebab sejumlah bangunan pemerintah seperti, kantor Dinas Pendapatan Daerah, Pekerjaan Umum di kawasan Jalan Khatib Sulaiman ambruk, kaca-kaca dan dinding kantor pusat PT Telkom di Jalan KH.A.Dahlan juga hancur bahkan hubungan telepon dari dan ke ibukota Sumbar itu sempat terputus.

Sekitar ratusan warga di kawasan Kampung Cina, Kota Padang, Sumatra Barat diperkirakan terjebak di tengah reruntuhan gedung bertingkat akibat guncangan gempa yang terjadi pada Rabu, sore.

Wartawan ANTARA dari Padang melaporkan, situasi di wilayah Kampung Cina porak-poranda karena sebagian besar bangunan berupa rumah toko (ruko) rubuh.

Kawasan ini yang merupakan salah satu pusat bisnis di tengah Kota Padang, terdapat berupa "show room" mobil, minimarket, dan perkantoran swasta.

Selain gedung rata dengan tanah, banyak juga ruko yang sebelumnya bertingkat tiga runtuh satu tingkat yang mengakibatkan sebagian pekerja yang ketika gempa terjadi terjebak di dalamnya.

Sejumlah mobil di ruang pamer mobil salah satu agen tunggal pemegang merek (ATPM) terlihat ringsek akibat tertimpa beton. Hingga kini warga dan karyawan pertokoan yang terjebak di gedung masih belum bisa dievakuasi.

Sementara itu, Markas Besar Kepolisian Daerah (Mapolda) Sumatra Barat kini menjadi tempat pengungsian sementara ribuan warga yang mengungsi.

"Banyak warga yang kini mengungsi ke markas Polda dan sesuai instruksi Kapolda seluruh kompleks Markas Polda termasuk halamannya telah menjadi tempat pengungsian sementara," kata Kabid Humas Polda Sumbar AKBP Kawedar ketika dihubungi ANTARA dari Jakarta.

Mengenai kondisi Kota Padang sendiri pihak kepolisian juga mencatat ratusan bangunan perumahan dan gedung milik pemerintah serta fasilitas umum lainnya ikut hancur.

Aparat kepolisian, TNI dan aparat pemerintah daerah masih berupaya menyelamatkan warga yang masih terjebak di antara bangunan yang runtuh.

Dilaporkan pula sebagian besar pasien rumah sakit yaitu RSUD M. Djamil, RS Gantiang, dan Restu Ibu di Kota Padang, memilih dirawat di tenda akibat khawatir gempa susulan.

Situasi di tiga rumah sakit tersebut dalam kondisi panik karena banyak digunakan untuk perawatan korban gempa.

Tenda-tenda darurat milik rumah sakit tersebut disiapkan di halaman sisi depan dan samping rumah sakit untuk menampung pasien yang terus berdatangan.

Meski dalam situasi darurat, pelayanan perawatan oleh dokter dan petugas medis tetap berjalan di tengah terus mengalirnya pasien, baik yang datang sendiri oleh keluarga maupun di antara dengan ambulan.

Namun, hampir seluruh pasien memaksakan diri dirawat di dalam tenda, bahkan ada yang meminta untuk pulang meskipun masih dalam kondisi diinfus.

Kekhawatiran pasien dimaklumi mengingat kondisi bangunan rumah sakit makin menghawatirkan karena retak-retak yang semakin membesar.

Sementara itu, PT Angkasa Pura II untuk sementara menghentikan jalur penerbangan ke Padang Sumatra Barat, menyusul rusaknya Bandara Minangkabau, akibat gempa tersebut.

Kepala Administrator Bandara Soekarno Hatta Edward Silooy, ketika dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, mengatakan terdapat sepuluh kali penerbangan ke Padang dalam sehari dari Bandara Internasional Soekarno Hatta.

"Kemarin sore sekitar pukul 18.00 WIB, ada dua penerbangan ke Padang yang terpaksa dibatalkan. Pesawat sempat tinggal landas, namun satu jam kemudian kembali ke Jakarta karena Bandara Minangkabau, Padang, mengalami kerusakan dan tidak bisa didarati," katanya.

Sumber: Antara.

Kamis, 26 Maret 2009

Pelayanan Medis Pelkesi Wilayah IV bagi Penyintas Gempa Talaud

Gempa tektonik berkekuatan 7,4 SR yang terjadi di Kabupaten Talaud Propinsi Sulawesi Utara pada hari Kamis, 12 Februari 2009 jam 01.35 ketika semua penduduk sedang tidur lelap, telah menghancurkan dan meretakkan rumah-rumah penduduk serta fasilitas umum seperti gereja, gedung sekolah, gedung kantor dan Puskesmas. Ketika gempa terjadi listrik padam. Sontak, penduduk berlarian keluar rumah untuk menyelamatkan diri, menyingkir ke tempat yang lebih tinggi karena takut terjadi tsunami.

Selama berhari – hari, gempa susulan terus - menerus terjadi setiap 5 menit dengan kekuatan yang bervariasi dari 5,4 SR – 6,4 S.R. Terhitung 163 kali gempa susulan . Hal ini membuat masyarakat takut dan memilih tetap tinggal di pegunungan. Bahkan sampai kedatangan tim medis Pelkesi Wilayah IV, masih banyak yang masih bertahan di tempat pengungsian, kebun, gunung, dan tempat – tempat lain yang dianggap aman.
Untuk meringankan beban masyarakat Talaud, maka pada 26 Februari 2009 menggunakan Kapal penumpang Ratu Maria, Pelkesi Wilayah IV mengirimkan Tim Medis dan bantuan bahan makanan berupa beras, supermie, biskuit, gula, kopi, daun teh, dll ke Lirung, Talaud. Bantuan ini diterima langsung oleh Ketua Sinode GERMITA, Pdt. S. Tataariwuan, STh dan Pimpinan Sinode Germita lainnya pada jam 10.00 tanggal 27 Februari 2009. Bantuan bahan makanan ini didistribusikan oleh tim dari Sinode.
Sesudah penyerahan bantuan, Tim Medis beristirahat sejenak dan makan siang di rumah Pdt. Henny Wondal, S.Th dan pada jam 12.00 tim menuju ke lokasi gempa menggunakan perahu penumpang. Ombak yang cukup besar tidak menyurutkan semangat tim untuk segera tiba di lokasi.

Selama lima hari, Tim melakukan pelayanan medis di beberapa desa yaitu Desa Mangaran, Bulude, Pangeran, Kabaruan, Pantuge, Lirung dan Moronge, dengan total pasien 1274 orang. Tim terdiri dari dokter dan perawat yang berasal dari RSU Bethesda Tomohon, RSU Pancaran Kasih, dan Sekretaris Pelkesi wilayah IV. Di lapangan, tim bergabung dengan Komisi Kesehatan Sinode GERMITA dan Komisi Kesehatan Jemaat Imanuel Lirung. Tim kembali ke Manado pada tanggal 3 Maret 2009 dengan kapal penumpang Valerin yang dua kali mogok dalam perjalanan.

Desa Mangaran
Desa Mangaran terletak di Pulau Kabaruan dengan jumlah penduduk 3551 jiwa / 651 KK. Kebanyakan penduduk telah kembali dari tempat pengungsian dan membenahi tempat tinggal mereka, tetapi masih ada juga yang tetap bertahan di kebun atau di tempat pengungsian. Pekerjaan umumnya petani dan nelayan. Akibat gempa, sebagian besar bangunan mengalami retak-retak pada dinding dan lantai. Masih banyak anak-anak yang belum mau ke sekolah karena takut. Tim tiba di desa ini pada hari Jumat, 27 Februari 2009, jam 15.00.

Pelayanan pemeriksaan dan pengobatan dimulai pada jam 16.00 - 22.00. Pemerintah setempat dan pimpinan gereja belum sempat mengumumkan kepada masyarakat tentang pemeriksaan ini karena putusnya aliran listrik. Jumlah yang dilayani 109 pasien. Pasien yang diperiksa kebanyakan adalah orang tua dan anak-anak dibawah 10 tahun. Penyakit yang diderita sebagian besar Darah Tinggi (75%), ISPA (16%), gatal-gatal (10%), lain-lain (4%).
Kegiatan di Desa Mangaran ini diwarnai dengan gempa berkekuatan 4,9 – 5,1 SR selama beberapa detik dan berulang selama 4 kali hingga jam 24.00.
Tim Medis Pelkesi Wilayah IV mendapat bantuan dari seorang anggota masyarakat lulusan Akademi Farmasi, yaitu Sdr. Ivonne Ughude, Amd.Far.

Desa Bulude
Desa Bulude terletak kurang lebih 3 km dari Desa Mangaran dengan jumlah penduduk 918 jiwa / 248 KK. Pasca gempa, masih ada sekitar 200-an penduduk yang belum kembali dari tempat pengungsian karena trauma gempa. Sekitar 40 rumah rusak berat, 126 rumah rusak ringan, 1 gereja rusak berat dan 3 gereja rusak ringan/retak.
Tim Medis tiba di lokasi pada hari Sabtu, 28 Februari 2009, jam 08.45. Pelayanan pemeriksaan dan pengobatan dimulai pada jam 09.00 - 13.00. Jumlah yang dilayani 251 pasien. Penyakit yang diderita sebagian besar Darah Tinggi (78%), ISPA (11%), gatal-gatal (8%), lain-lain (3%).

Kegiatan pengobatan di Desa Bulude diwarnai dengan gempa berkekuatan 5,8 SR pada jam 09.50 dan 5,3 SR pada jam 10.55. Pada saat gempa susulan ini, seorang anak SD yang berada di sekolah diantar ke Posko pelayanan karena pingsan. Anak ini mengalami trauma karena pada gempa pertama tertimpa batako di bagian perut.

Desa Pangeran
Desa ini paling dekat dengan pusat gempa. Di beberapa tempat terdapat lubang akibat gempa. Penduduk masih banyak yang bertahan di tempat pengungsian. Penduduk yang telah kembali ke desa, membangun tempat berteduh dari terpal dan memilih untuk tidur di tenda daripada di rumah yang memang kondisinya sudah hancur.
Bangunan Gereja Pantekosta hancur dan rata dengan tanah, bangunan Gereja Germita dan rumah pastori dindingnya hancur dan retak, lantai terbelah, plafon hancur. Bangunan ini tidak layak untuk digunakan sebagai tempat ibadah ataupun tempat tinggal pendeta dan keluarga. 90% rumah penduduk yang semi permanen hancur dan yang lainnya mengalami keretakan. Bangunan sekolah hancur sehingga anak-anak melanjutkan sekolah di tenda darurat. Desa ini mendapat perhatian khusus dari berbagai kalangan karena kerusakannya yang terparah dibanding .

Tim Medis Pelkesi Wilayah IV tidak melaksanakan pelayanan pengobatan di desa ini karena cukup banyak tim medis yang datang memberikan bantuan material dan pelayanan pengobatan, sehingga Tim memutuskan untuk pindah lokasi pelayanan di sekitar Desa Pangeran. Selanjutnya Tim menuju Desa Kabaruan pada jam 14.30.

Desa Kabaruan
Desa Kabaruan terletak kurang lebih 6 km dari Desa Pangeran dengan jumlah penduduk 806 jiwa / 221 KK. Bangunan di desa ini umumnya mengalami keretakan di bagian dinding dan lantai tetapi masih dalam kategori rusak ringan.
Kedatangan Tim Medis memang telah ditunggu oleh 300-an masyarakat yang telah berkumpul di ruangan belakang gedung Gereja Betlehem Kabaruan. Pelayanan pemeriksaan dan pengobatan dimulai pada jam 15.30 - 20.00. Jumlah yang dilayani 387 pasien. Penyakit yang diderita sebagian besar Darah Tinggi (79%), ISPA (10%), gatal-gatal (6%), lain-lain (5%) termasuk ibu-ibu hamil.

Kegiatan pengobatan di Desa Kabaruan diwarnai dengan gempa pertama berkekuatan 6 SR pada jam 16.55 dan 3 kali gempa susulan berkekuatan 4,8-5 SR.
Di desa ini, Tim Medis Pelkesi Wilayah mendapat bantuan tenaga yaitu dr. Natalia Pabisa dari YEU Jogjakarta beserta obat-obatan yang diantar langsung oleh Ketua dan Ketua I Sinode Germita dari Lirung menggunakan speedboat.

Desa Pantuge
Desa ini terletak kurang lebih 7 km dari Desa Pangeran dengan jumlah penduduk 285 jiwa / 87 KK. Kondisi desa dan bangunan sama dengan Desa Kabaruan. Pekerjaan penduduk umumnya petani dan nelayan.
Tim berangkat ke desa ini pada jam 12.00 dan mulai memberikan pelayanan pada jam 14.00 karena harus menunggu selesai ibadah di Gereja dan di Kolom-kolom dan berakhir pada jam 17.00. Jumlah yang dilayani 211 pasien. Penyakit yang diderita sebagian besar Darah Tinggi (81%), ISPA (12%), gatal-gatal (4%), lain-lain (3%) termasuk ibu-ibu hamil dan balita.

Direncanakan sesudah pelayanan di desa ini, tim akan langsung kembali ke Lirung. Tetapi karena situasi dan kondisi di laut yang tidak memungkinkan (ombak besar) maka tim akhirnya kembali ke Desa Mangaran dan bermalam di rumah pendeta. Tim sempat mengadakan pemeriksaan dan pelayanan di Desa Mangaran sampai dengan jam 22.00 dengan jumlah pasien 41 orang.

Desa Lirung
Desa Lirung, khususnya Jemaat Imanuel dengan jumlah anggota jemaat 1076 orang / 277 KK, tidak menjadi target pelayanan tim tetapi atas permintaan Ketua Sinode Germita dan Ketua Jemaat Imanuel maka dilaksanakanlah pelayanan di gedung gereja.
Tim melaksanakan pelayanan bagi anggota Jemaat pada jam 10.30-13.00 dan telah melayani 76 pasien yang kebanyakan adalah orang tua. Penyakit yang diderita umumnya darah tinggi. Pemeriksaan di tempat ini sempat diwarnai dengan gempa berkekuatan 4 SR pada jam 10.50. Sesudah makan siang, tim langsung menuju ke Desa Moronge.

Desa Moronge
Perjalanan ke desa ini ditempuh selama 30 menit. Desa yang berpenduduk 1017 jiwa / 314 KK ini memiliki 3 jemaat yaitu Jemaat Petra, Jemaat Sanggarome, dan Jemaat Nazareth yang gedung gerejanya hancur bagian depan.
Tim Medis tiba di lokasi pada jam 16.00. Pelayanan pemeriksaan dan pengobatan dimulai pada jam 16.15 - 18.00. Jumlah yang dilayani 199 pasien. Penyakit yang diderita sebagian besar Darah Tinggi (79%), ISPA (12%), gatal-gatal (7%) lain-lain (2%) (laporan: Henry Wenas).

Kamis, 19 Februari 2009

Bantuan untuk korban gempa bumi Sangihe dan Talaud – Sulawesi Utara

Gempa bumi 7,4 SR yang terjadi di Sangihe dan Talaud menyebabkan kurang lebih 1410 rumah 96 gereja, 33 sekolah dan fasilitas lainnya hancur. Penyintas di beberapa tempat sampai saat ini masih tinggal di tenda – tenda pengungsian. Kondisi ini menyebabkan mereka mulai terserang penyakit, sementara persediaan makanan mulai habis karena sulitnya transportasi.

Pelkesi wilayah IV berencana membantu para penyintas di Sangihe dan Talaud, berkordinasi dengan Sinode Gereja Masehi Injili Talaud (GERMITA). Bantuan yang direncanakan berupa pelayanan kesehatan oleh tim kesehatan dari RSU Pancaran Kasih GMIM Manado dan RSU Bethesda GMIM Tomohon. Selain tim kesehatan, direncanakan juga untuk membantu makanan dan pakaian bagi penyintas. Bantuan akan diberikan di desa Melonguane, Mala, Lirung, Kabaruan, dll.

Kami mengharapkan bapak/ibu/sdr/I sekalian mendukung pelayanan Pelkesi wilayah IV, melalui bantuan obat – obatan, makanan dan pakaian. Bagi bapak/ibu di luar Manado/Minahasa/Bitung, mohon bantuannya dalam bentuk uang dan dikirimkan melalui rekening Pelkesi wilayah IV: BRI Cabang Tomohon, a.n. Dr.A.A.A. Lengkong, MPH. Nor Rek: 0649.01.000881.50.5

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi Sekretaris Pelkesi Wilayah IV: Henry Wenas, Hp: 081340759599, Flexi : 0431 3619438, email : wenas_henry@yahoo.co.id

Selasa, 17 Februari 2009

Perkembangan Gempa di Sangihe dan Talaud, Sulawesi Utara

Gempa tektonik berkekuatan 7,4 SR mengguncang kabupaten Sangihe dan kepulauan Talaud Sulawesi Utara pada tanggal 12 Februari 2009. Menurut Direktur Tanggap Darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sekitar 600 rumah rusak berat dan 1.400 rumah rusak ringan yang tersebar di 14 kecamatan (kompas 16 Februari 2009).
Pusat Penanggulangan Krisis Depkes melaporkan jumlah korban luka berat sebanyak 10 orang di Kab. Kep. Talaud, 5 orang di antaranya telah dirujuk ke RS Kandou Manado, dan 1 orang di rujuk ke RS Pancaran Kasih. Korban luka ringan sebanyak 32 orang di Kab. Kep. Talaud. Terjadi pengungsian sebanyak + 6.500 orang di Kab. Kep. Talaud. Sarana kesehatan yang rusak yaitu 2 Pustu rusak (Pustu Pangeran rusak berat, dan Pustu Peret rusak ringan), 2 unit Puskesmas rusak ringan (Puskesmas Beo, Puskesmas Kabaruan dan Puskesmas Damao) dan 1 unit RS rusak ringan (koridor salah satu polikliniknya ambruk dan dindingnya retak-retak).
Hingga hari ke lima pasca gempa, penduduk di lokasi gempa memilih tinggal di tenda – tenda darurat karena gempa susulan dengan kekuatan rata – rata diatas 5 SR masih sering terjadi. Sementara itu, distribusi bantuan logistik untuk tanggap darurat dari luar lokasi gempa tidak berjalan lancar karena masalah transportasi (sumber: www.ppk-depkes.org, kompas 16 Februari 2009).

Senin, 12 Januari 2009

Perkembangan Gempa di Manokwari dan sekitarnya

Pusat Pengendalian Krisis (PPK) Depkes melaporkan gempa susulan di Kab. Manokwari, Kota Sorong dan Kab. Sorong Prov. Papua Barat serta Kab. Biak Prov. Papua masih terus berlangsung. Berdasarkan laporan BMKG sejak gempa pertama terjadi di Kab. Manokwari Prov. Papua Barat hingga tanggal 9 Januari 2009 telah terjadi 81 kali gempa bumi tektonik susulan yang berkisar antara 5,0 hingga 7,6 SR.
Gempa ini telah memakan korban jiwa 4 orang, sedangkan korban yang dirawat inap sebanyak 37 orang yang 8 orang di antaranya telah menjalani operasi di RSUD Manokwari, korban yang dirawat jalan sebanyak 581 orang, serta pengungsi sebanyak 17.499 orang. Sebelumnya, dilaporkan Kejadian tersebut menyebabkan kerusakan rumah penduduk, fasilitas umum dan infrastruktur, dengan rincian Kab. Manokwari sebanyak 4.581 unit rumah rusak (3.043 unit rusak berat dan 1.538 unit rusak ringan), 124 unit tempat ibadah rusak (73 unit rusak ringan dan 51 unit rusak berat), 47 unit kantor pemerintah rusak (3 unit rusak ringan dan 44 unit rusak berat) dan 64 unit sarana pendidikan rusak (30 unit rusak ringan dan 34 unit rusak berat), Kab. Sorong sebanyak 632 unit rumah rusak (52 unit rusak berat, 140 unit rusak sedang dan 440 unit rusak ringan), 9 unit tempat ibadah rusak, 3 unit sarana pendidikan rusak, 2 unit kantor pemerintah rusak, 2 unit rumah guru rusak, 8 unit jembatan rusak dan rusaknya ruas jalan sepanjang 87 km, serta Kota Sorong sebanyak 453 unit rumah rusak (346 unit rusak berat dan 107 unit rusak ringan), 19 unit tempat ibadah rusak (13 unit rusak berat dan 6 unit rusak ringan), 2 unit sarana pendidikan rusak berat dan 2 unit kantor pemerintah rusak ringan.
Sementara itu, Dr. Alfred Bandaso hari ini menginformasikan banyak warga masyarakat ketakutan dan memilih tidur di luar rumah karena gempa susulan yang terus – menerus terjadi. Hal ini potensial menyebabkan mereka diserang penyakit seperti malaria,dll.